
Hery Yulianto Gagas Proyek Perubahan: Mengelola Risiko Bencana, Menjamin Investasi Berkelanjutan
Serang, 27 Agustus 2025 – Dalam rangkaian kegiatan Persiapan Implementasi Proyek Perubahan (Proper) Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) II Angkatan XVI Tahun 2025, Drs. Hery Yulianto, S.H., M.H. memaparkan gagasan inovatif bertajuk “Mengelola Risiko Bencana, Meningkatkan Kapasitas Dukung Inovasi dan Integritas Berkelanjutan.”
Dalam paparannya, Hery Yulianto menjelaskan bahwa risiko bencana merupakan potensi bahaya yang muncul akibat adanya ancaman (hazard) yang tidak diimbangi oleh kapasitas yang memadai. Oleh sebab itu, pengurangan risiko bencana tidak cukup hanya mengandalkan respons tanggap darurat, melainkan perlu dilakukan secara komprehensif melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan.
“Resiko adalah bahaya, dan kapasitas merupakan kemampuan kita dalam menghadapinya. Salah satu strategi utama pengurangan risiko tentu saja dengan meningkatkan kapasitas. Inilah yang menjadi dasar proyek perubahan yang saya usulkan, yaitumengurangi risiko sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakat secara sistematis dan berkelanjutan,” ujar Hery.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa proyek perubahan yang dirancang harus selaras dengan Asta Cita Kepemimpinan Nasional dan Daerah. Hal ini penting agar inovasiyang dihasilkan tidak hanya bermanfaat dalam konteks kebencanaan, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan, daya saing investasi, serta integritas tata kelola pemerintahan.
Sebagai bentuk nyata, Hery Yulianto menawarkan tiga tahapan solusi inovatif dalam proyek perubahannya, yaitu:
1. Jangka Pendek – Melaksanakan sosialisasi dan sertifikasi kebencanaan di sektor pariwisata, mengingat sektor ini sangat strategis dan rentan terhadap ancaman bencana, sekaligus menjadi salah satu motor penggerak investasi daerah.
2. Jangka Menengah – Menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) bagi para pelaku edukasi kebencanaan, khususnya yang fokus pada pendidikan usia dini, sehingga lahir para pendidik dan fasilitator yang mampu menyebarluaskan pengetahuan kebencanaan secara lebih luas.
3. Jangka Panjang – Menyusun kurikulum pendidikan kebencanaan bagi anak usia dini agar penanaman kesadaran, kewaspadaan, dan budaya tangguh bencana dapat dimulai sejak dini di lingkungan pendidikan formal maupun non-formal.
Menurutnya, pendekatan bertahap ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas masyarakat, menekan potensi kerugian akibat bencana, sekaligus menciptakan iklim investasi yang lebih aman dan berkelanjutan.
“Dengan adanya sertifikasi, pelatihan, hingga kurikulum kebencanaan bagi anak-anak, kita bukan lhanya menyiapkan masyarakat yang tangguh, tetapi juga menciptakan ekosistem pembangunan yang berintegritas dan mendukung keberlanjutan investasi,” lltambah Hery.
Melalui identifikasi masalah menggunakan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG), Hery Yulianto
Inovasi di Proper ini menjadi momentum penting dalam merumuskan terobosan kebijakan dan langkah strategis pengelolaan risiko bencana yang sejalan dengan visi nasional maupun daerah. Diharapkan, gagasan yang disampaikan dapat diimplementasikan secara nyata sehingga memberikan manfaat luas, tidak hanya dalam konteks pengurangan risiko bencana, tetapi juga dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, berintegritas, dan berkeadilan
